Rumput liar terlihat menutupi bangunan yang katanya tempat itu pernah menjadi tempat berkhalwat dan bermunajat para tetua di desa Wakan pada masa lampau sekaligus sebagai pusat penyiaran agama oleh Guru Besar Muttakin. Namun karena tradisi, tempat bersejarah ini pun kian hari kiat diabaikan oleh warga setempat.
Baiq Ratna Manis-Jerowaru, LOTIM
Ketoboq atau Bale Beleq nama yang diberikan masyarakat dan para tetua dahulu pada bangunan yang sangat istimewa ini,bangunan yang merupakan warisan budaya dengan sejuta cerita yang memiliki nilai filosofis mebuat langkah saya terhenti ketika memasuki pedalaman desa Wakan di Kecamatan Jerowaru.
menurut tokoh masyarakat yang saya temui bangunan ini adalah tempat bermunajat dan berkhalwat para tetua dan nenek moyang zaman dahulu.
Sejarah ketoboq tidak jauh berbeda dengan sejarah bangunan cagar budaya lainnya yang terkenal dipulau Lombok,dimana menurut masyarakat nama ketoboq berasal dari bahsa arab jamak dari kataba yang berarti buku buku dan disimpulkan sebagai tempat mengkaji kitab kitab.
Ada satu hal yang membuat saya terkesima ketika melihat bangunan tersebut,dengan keadaanya yang masih alami,pagar yang lusuh dengan bambu yang telah pudar serta rumput rumput liar yang tinggi membuat bangunan tersebut seolah tak pernah dirawat ataupun dipelihara.
Haji Sarkawi salah seorang tokoh masyarakat yang rumahnya tepat disamping bagunan tersebut menjelaskan kelihatan kotor bukan karena tak terawat,namun kepercayaan masyarakat yang masih sangat kental membuat bangunan ini tidak boleh disentuh apalagi diganggu gugat .
Bangunan warisan budaya ini belum sepenuhnya dijangkau dan diketahui oleh pemerintah,masyarakat luar dan sebagian masyarakat local yang ada di Lotim khususnya,padahal bangunan ini tak kalah menarik dengan bangunan bangunan bersejarah yang terkenal di Lombok ini seperti Masjid Kuno Bayan dan Masjid Kuno Rembitan.
Salah seorang pemuda yang kebetulan menjadi teman saya ketika melewati tempat bangunan ini bertanya kepada Rohandi yangv sekaligus menjadi kepala dusun”apakah tempat ini tidak pernah di explore kepada masyarakat maupun pemerintah”atau memang warga semakin modern hingga melupakan??
Pak kadus dengan suara mudanya menjelaskan”kita pernah mengajukan kepada pemerintah beberapa tahun lalu ketika H.L Serinata menjabat sebagai gubernur namun berhubung ada beberapa hal dan tersangkut proses hukum,masalah tersebut tak pernah diurus kembali.pembenahan sering kami usulkan namun lagi lagi dana yang menjadi permasalahan,paparnya.
Ada tradisi dan ritual yang sering dilakukan oleh sebagian warga desa wakan pada bulan ke 7 kalender sasak tepat pada tanggal 7 atau 17 dan 27 ,dimana para masyarakat melakukan upacara adat dengan tujuan mengucapkan rasa syukur atas turunnya hujan di ketoboq ini.namun beberapa pemuda memaparkan bahwa ada beberapa hal yang masih bersifat animism yang percaya tergadap mitos mitos.
Saat senja menghampiri,dan matahari telah kembali keperaduannya,saya pun meninggalkan desa wakan dan ketoboq dengan sejuta cerita dan pesona.